Rasanya aku sungguh bodoh jika sampai detik
ini aku masih saja mengitung hari. Sehari, tujuh hari,
dua puluh hari, lima puluh hari, seribu hari, seribu seratus tiga hari. Aku tahu kamu tidak akan kembali
lagi.Karena jalan mu
tidak lagi mengarah kepadaku. Entah mengapa aku tidak bisa menyalahkan wanita itu, aku malah
menyiksa dan menyalahkan diriku sendiri. Apa salahku hingga kamu meninggalkanku
kemudian memilih dia?
Aku senang jika menurutmu dia yang kau pilih itu yang
terbaik. Maaf kalo selama ini aku bukanlah perempuan yang bisa membuatmu nyaman
disisimu. Maaf jika aku bukanlah sosok wanita yang kau idamkan. Aku tak mengharapkanmu
untuk kembali disini. Karna aku lelah menjadi orang yang terus berharap, dan
begitu percaya bahwa suatu hari kau akan kembali.
Kamu
tidak membayangkan,Januari ketiga yang aku lewati tanpa kehadiranmu adalah hari-hari
menyedihkan yang perihnya aku tahan sendiri. Kamu tidak tahu hari-hari yang aku
lewati dengan menatap ponsel setiap saat, berharap ada pesanmu. Kamu tidak pernah tahu, setiap ada
pemberitahuan masuk, aku berharap itu kamu. Kamu tidak tahu, setiap ada
panggilan berdering, aku berharap itu dari kamu. Kamu tidak tahu, aku tidak membalas semua pesan
pria yang lebih baik darimu hanya karena aku ketakutan menjalani hubungan yang
nantinya akan berakhir seperti hubungan kita. Kamu tidak tahu, berapa pria yang
berusaha masuk ke dalam hatiku, tapi sekuat hati aku menutup diri karena dalam
bayanganku masih kamulah yang cocok bertempat di sini-- di hatiku yang hanya
pantas kau huni. Kamu tidak
tahu sudah berapa air mata yang kujatuhkan dalam doaku.Kamu tidak tahu betapa sampai
sekarang aku masih takut jatuh cinta jika cinta berarti harus jatuh dan
kehilangan. Katakan padaku bahwa aku terlalu berlebihan, katakan
padaku aku terlalu mendrama dan terlalu membawa perasaan.
Hujan malam ini membasahiku. Hujan ini, tempat ini,
mengingatkan sisa sisa pertemuan terakhir kita. Entah kenapa selalu ada cerita
kita di setiap tetesanya. Entah kenapa slalu ada kenangan tentan hujan. Aku rindu
hujan kala itu. Saat bahagiaku di tengah hujan bersamamu. Januari ketiga tanpamu ini mungkin sudah saatnya
aku harus benar benar melepasmu dan melupakanmu. Menganggap pertemuan dan
perkenalan kita tak pernah ada. Biarkan hujan menghapus genangan tentang kita.